Perbedaan Respon tahun Hijriah dan Masehi

Tahun kembali bergeser. Dari angka 29 menjadi 30. Dari angka 08 menjadi 09. Telah terjadi perubahan. Tahun hijriah dan tahun masehi hampir bersamaan waktunya. Tetapi dengan jelas terlihat perbedaan yang sangat besar dari kaum muslimin dalam menanggapi perubahan tahun Hijriah dan tahun masehi. Lihatlah, berapa banyak kaum muslimin yang bergembira ria dengan kedatangan tahun baru masehi. Tetapi tidak bergembira dengan kedatangan tahun baru hijriah. Sebagian kaum muslimin tidak peduli dengan kedatangan tahun baru hijriah namun sangat peduli dengan kedatangan tahun baru masehi. Aktivitas menjadi bersemangat ketika tahun masehi berubah, namun tidak ada reaksi apa-apa dengan masuknya tahun baru hijriah. Mereka enjoy, tertawa ria terbahak-bahak, melakukan budaya sia-sia, budaya pemborosan serta budaya-budaya yang merugikan mereka tanpa disadari. Sebaliknya, budaya biasa-biasa saja ketika tahun hijriah berganti. Postingan ini bukanlah untuk memberikan Justifikasi tentang perayaan perubahan tahun yang dilakukan oleh manusia. Baik itu tahun baru Hijriah maupun tahun baru masehi. Sehinggan melalui postingan ini ada dari kalangan pembaca yang menganggap bahwa sipembuat postingan ini sering melakukan perayaan perubahan tahun.
Bukan pula postingan ini untuk mengkritisi orang-orang yang terbiasa melakukan perayaan. Karena itu adalah hak sipelaku perayaan. Memang terus terang kukatakan ini juga merupakan bentuk pengingkaran terhadap para pelaku perayaan. Tetapi postingan ini hanya sekedar untuk mengajak kita sekalian untuk memahami lebih jauh makna dari pergantian-pergantian tahun, serta sisi-sisi yang mungkin terabaikan. Sehingga ada semacam makna-makna yang tersirat dan dapat dijadikan sebuah pelajaran. Mudah-mudahan hikmah itu dapat diambil. Silahkan dikritisi postingan ini, karena ini adalah hak dan merupakan kebebasan bagi para pelaku dunia maya.

Saya akan memulai dengan pertanyaan, ada apa dengan pergantian tahun?
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan pembuka yang ditujukan kepada setiap orang yang melakukan perayaan terhadap pergantian tahun. Ada nuansa apa dengan tahun baru, sehingga anda melakukan perayaan dengannya?? Sungguh, akan kita dapatkan bahwa sebagian kaum muslimin ketika ditanya dengan pertanyaan ini, mereka tidak bisa menjawabnya. Mereka tidak memiliki jawaban yang tepat untuk pertanyaan ini. Paling jawaban yang akan muncul adalah karena orang lain melakukan perayaan dengan datangnya tahun baru. Lalu apakah dengan orang lain terbiasa melaukannya kitapun ikut-ikutan seperti mereka? Apakah tatkala orang lain melakukan sebauh rutinitas yang membodohkan anda akan mengikutinya? Bukankah kita menginginkan setiap hal yang kita lakukan itu adalah baik dimata semua orang?? Lebih-lebih di mata Allah? Apakah perayaan tahun baru merupakan sesuatu yang diridhai oleh Allah atau dimurkai?? Tentu saja, harapan tertinggi adalah mendapatkan setiap keridhaan Allah dari setiap langkah dan aktivitas. Namun sungguh sangat disayangkan manusia sangat sedikit yang berpikir kearah sana. Jadi tidak ada yang istimewa dengan pergantian tahun. Perubahan tingkah laku, tidak mesti harus menunggu datangnya tahun baru. Hal-hal yang istimewa tidak mesti harus dilakukan diawal tahun. Dan kegembiraan tidak mesti hanya dilakukan ditahun baru. Kalaupun misalnya tahun baru itu istimewa, maka saatnya berintropeksi diri. Saatnya melihat lebih jauh relaita yang ada. Sudah berapa bayak kebaikan yang dilakukan? Dan sudah berapa banyak hal positif yang dilakukan. Serta pikirkanlah berapa banyak dan seberapa besar keburukan yang telah dilakukan. Sebagai bahan evaluasi kira-kira layakkah kita akan mendapatkan keridhaan Allah atau tidak. Sekali lagi, intropeksi ini tidak bisa mengkhusukan dengan adanya waktu-waktu tertentu. Tetapi intropeksi ini selalu dilakukan setiap saat.

Bagaimana dengan tahu baru Hijriah? Apakah tidak boleh kita merayakannya?? Maka kembali kita bertanya kepada mereka atas dasar apakah anda melakukan perayaan tahun baru Hijriah? Apakah anda mengharapkan ibadah dengannya? Anda dan kita semua mesti harus pahami bahwa ibadah adalah hal urgen bagi setiap manusia sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tetapi anda dan kita semua harus pula pahami bahwa ibadah dapat diterima manakala memenuhi kriteria ikhlas dan kesesuaian dengan petunjuk Rasulullah. Apakah tahun baru Hijriah pernah dirayakan oleh Rasulullah, oleh sahabatnya, serta oleh orang-orang terbaik manusia dari kalangan para Ulama??
Kalau ada, tunjukanlah riwayat yang menyatakannya. Tunjukanlah bukti yang menguatkannya agar muslim yang lain tidak menjadi bingung dan tidak menjadi ragu. Dan rupanya, sampai saat ini tidak ada riwayat yang membuktikan bahwa dari kalangan orang-orang terbaik manusia merayakannya. Kalau memang itu ibadah, maka yang paling pantas dan pertama melakukannya adalah Rasulullah, Para sahabatnya, serta orang-orang shaleh terdahulu dari kalangan tabi'in dan tabi'ut tabi'in. Kalau sekiranya perayaan itu baik, maka tentu para sahabat sudah mendahului kita yang telah ada dizaman ini.

Ada juga hal menarik yang mesti dipahami oleh kita sekalian bahwasanya Tahun Masehi dan tahun Hijriah merupakan dua tahun yang berbeda. Tahun hijriah, merupakan tahun yang terhitung sejak hijrahnya Rasulullah dari mekah ke madinah untuk menghindari gangguan dari orang-orang quraisy saat itu. Dan sampai saat ini, tidak ada perubahan dalam penetapan tahun hijriah ini. Maka kalender Hijriah merupakan kalender kaum muslimin dan kaum muslimin pun harus menjadikannya sebagai rujukan dalam penentuan tahun. Dan tahu hijriah sangat jauh istimewa buat kaum muslimin dibandingkan dengan tahun masehi. Tahun Masehi dihitung berdasarkan kelahiran Nabi Isa menurut umat kristiani. Berarti perhitungan tahun masehi dimulai oleh orang Nahsara. Dan telah beberapa kali dilakukan perubahan dalam tahun masehi ini. Menunjukan akan kesalahan dalam penyusunan dan penetapan tahun masehi. Kalau perhitungan tahun masehi ini benar, maka tidak akan terjadi perubahan-perubahan didalamnya. Kemudian bagi umat islam tahun hijriah merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan Ibadah Haji. Dua hari raya (idul fitri dan idul adha) diketahui berdasarkan penanggalan kalender hijriah bukan kalender masehi. Berarti tahu hijriah mestinya lebih bermakna buat kaum muslimin karena dengan kalender hijriah kita dapat mengetahui waktu-waktu khusus yang telah disyariatkan seperti ibadah haji dan idul adha.
Namun sangat disayangkan, respon kaum muslimin lebih besar kepada tahun masehi daripada tahun hijriah. Bulan muharam, didalamnya Terdapat amalan Sunnah yakni puasa Asyura'. Juga bulan muharam memiliki keutamaan yang tidak didapatkan dibulan-bulan masehi dalam petunjuk Rasulullah. Januari tidak memberikan amalan khusus untuk mendapatkan keridhaan Allah, sedangkan Muharam memberikan hari khusus buat kaum muslimin untuk mendapatkan keridhaan Allah, yakni berpuasa pada hari Asyura' tanggal 10 Muharam. Dan perlu dipahami pula bahwa kalender Masehi, tanggal-tanggal yang ada didalamnya menjadi baik karena baiknya hari-hari tertentu didalam kalender Hijriah. Seperti hari Raya Qurban misalnya. Tanggal 8 desember kemarin menjadi istimewa buat kaum muslimin karena istimewanya tanggal 10 Zulhijjah. Bukan karena 8 desember. Demikian juga halnya dengan idul fitri, terlebih lagi bbulan ramadhan. Tanggal-tanggal di kalender masehi menjadi baik dihadapan kaum muslimin karena baiknya hari-hari dikalender hijriah.

Jadi saatnya kaum muslimin untuk memahami lebih jauh tentang pemahaman terhadap kalender hijriah dibandingkan dengan kalender masehi. Sekarang perlu dihafalkan dan diketahui bulan-bulan didalam kalender hijriah. Dahulukan kalender hijriah daripada kalender masehi dalam pengaturan kalender anda. Agar tahu hari-hari yang ada amalan baik didalamnya tanpa harus melihat kalender Masehi.


0 komentar:

Template by : Kendhin x-template.blogspot.com