Penonton itu, biasanya sangat jauh lebih pintar dari pemain. Saksikanlah, betapa sering penonton menyalahkan pemain. Malahan mereka sampai menggerutu akibat perlakuan pemain yang tidak sesuai dengan keinginan penonton. Yang lebih parah lagi, penonton terkadang mencaci, memaki dan menghina pemain yang telah banyak berbuat. Sampai-sampai, tindakan boikot dilakukan kepada pemain yang tidak mengarahkan permainannya sesuai dengan keinginannya. Apakah tindakan penonton ini benar? Apakah tindakan berkomentar dan menyalahkan itu salah? Lalu bagaimanakah respon pemain ketika mereka sering disalahkan oleh penonton?
Sebelum saya lanjutkan, maka mungkin penting untuk menjelaskan maksud judul postingan ini. Jangan hanya menyapa, sebenarnya yang saya maksudkan adalah jangan hanya pandai bicara, jangan hanya pandai menyalahkan. Jangan hanya pandai berkomentar tanpa ada aksi dari komentar miring yang diberikan itu. Ini ditujukan kepada oknum yang pandai dan terbiasa menyalahkan dan mengkritisi orang lain tanpa ada reaksi positif yang diberikan. Misalnya, apakah nasehat telah kita berikan kepada orang yang dikritik atau belum. Atau apakah kita pernah berbuat seperti orang yang telah dikritisi atau belum. Karena orang yang berbuat sesungguhnya mereka lebih baik dari mereka yang hanya pandai bicara.
Perumpamaan seperti pemain dan penonton nampaknya tepat untuk menggambarkan orang yang senantiasa menyalahkan. Betapa tidak, kemiripan antara keduanya sangatlah nampak. Bukankah kita saksikan bahwa penonton selalu dan paling sering menyalahkan pemain? Padahal pemain telah banyak berkorban mengeluarkan keringat berjuang untuk mencapai kemenangan. Lain halnya dengan penonton. Mereka tidak berbuat. Mereka hanya ingin tahu kesalahan pemain. Tanpa ada usaha memberikan motivasi kepada pemain agar bermain dengan baik ketika kesalahan dilakukan. Demikian pula dengan orang yang terbiasa menyalahkan orang lain. Orang yang terbiasa mengkritisi orang lain tanpa sadar menunjukan kesalahan mereka sendiri. Orang yang berbuat telah banyak mengorbankan diri untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Hanya sayang, para kritikus justru tampil melumpuhkan semangat. Bukankah lebih baik jika mereka membantu?
Yang dibutuhkan disini sebenarnya aksi dari kritikus. Mereka mesti sadar bahwa sikap menyalahkan orang lain justru melemahkan semangat. Akhirnya mereka menjadi sebab gagalnya sesuatu. Saatnya merubah sikap menyalahkan menjadi aksi yang bermanfaat. Bahu membahu memperbaiki apa yang cacat. Nasehat menasihati agar tercapai maslahat.
Jangan hanya menyapa. Bantu dia dalam menyelesaikan pekerjaanya.
Jangan hanya menyapa...
Label: Renungan
Subscribe to:
2 komentar:
setujuuuu pak guruu..!! ^0^
kritik->solusi->pendampingan/dukungan...3 hal yg kudu mulai diperhatikan umat ini
Saya juga setuju. apalagi jika kita bisa menjadi penonton sekaligus sebagai pemain. :D
Post a Comment